Press release Tim Pengendali Inflasi (TPID) Provinsi Kalteng, dipimpin oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Provinsi Kalteng Yuas Elko, Senin (4/2).(Media Dayak/Yanting)
Palangka Raya, Media Dayak
Provinsi Kalteng mengalami inflasi sebesar 0,42 persen pada Januari 2019. Inflasi tersebut merupakan akumulasi dari inflasi Kota Palangka Raya sebesar 0,46 persen dan inflasi Sampit sebesar 0,34 persen.
Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Provinsi Kalteng Yuas Elko mengatakan, inflasi Januari 2019 Kalteng merupakan inflasi terendah serta berada di bawah rerata historis tiga tahun kebelakang pada periode yang sama yaitu sebesar 0,56 persen, namun berada diatas capaian inflasi Nasional yang tercatat sebesar 0,32 persen.
“Inflasi di Kalteng pada Januari 2019 didorong oleh kelompok volatile foods, khususnya Daging Ayam Ras,” kata Yuas Elko saat press release Tim Pengendali Inflasi (TPID) Provinsi Kalteng, Senin (4/1).
Secara rinci, lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Palangka Raya pada Januari 2019 adalah daging ayam ras 0,14 persen, sate 0,14 persen, ikan layang 0,07 persen, soto 0,05 persen, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen.
Sedangkan lima komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Sampit pada Januari 2019 tersebut yaitu, daging ayam sebesar 0,34 persen, bawang merah 0,10 persen, beras 0,05 persen, ikan tongkol 0,03, dan kerang sebesar 0,02 persen.
Sebelumnya, perwakilan dari Bank Indonesia Kalteng Ridwan Anhar mengatakan, pada Januari 2019, kota Palangka Raya dan Sampit tercatat mengalami inflasi namun tergolong sebagai kota yang mengalami inflasi terendah se-Kalimantan.
“Pada 1 Februari 2019, harga bahan pangan menunjukkan penurunan dampak dari normalisasi paska libur awal tahun,” kata Ridwan.
Untuk prospek kedepan dari kelompok administered prices, BI Kalteng memperkirakan tarif angkutan udara mengalami normalisasi seiring dengan berakhirnya libur awal tahun dan kebijakan tarif dan harga barang dan jasa yang diatur pemerintah relatif terbatas.
Kelompok core diperkirakan ada potensi meningkatnya harga komoditas strategis terdampak peningkatan beban transportasi antar daerah dan potensi peningkatan tekanan harga menjelang musim kampanye.
Sementara dari kelompok volatile foods, diperkirakan terjadi normalisasi permintaan paska libur awal tahun sehingga akan menahan laju inflasi. Tingginya curah hujan berpotensi menganggu proses panen Tabama terutama disentra produksi nasional yang dapat berdampak pada kenaikan harga di Kalteng.
Adapun program rutin TPID adalah, pemantauan harga pasar, pengendalian ekspektasi masyarakat dengan melaksanakan press release, menjaga ketersediaan stok dan kelancaran distribusi komoditas yang didatangkan dari luar daerah. “Serta peningkatan kualitas atas pemanfaatan kandang penyangga, kolam penyangga, dan pasar penyeimbang untuk menjaga kestabilan harga. Juga program supply chain Daging Ayam Segar Beku,” urainya.(YM)