Kadis TPHP Provinsi Kalteng, Yanting
Palangka Raya, Media Dayak
Masyarakat Kalimantan Tengah, Khususnya kota Palangka Raya, diminta untuk lebih cerdas dalam berbelanja kebutuhan untuk perayaan Natal dan Tahun Baru 2019, terutama untuk komoditas daging ayam.
Meskipun harga bahan pokok di pasar tradisional Kota Palangka Raya pada umumnya masih stabil, namun ada beberapa bahan pangan yang sudah mulai mengalami kenaikan harga. Salah satunya harga ayam potong di pasar tradisional Palangka Raya yang saat ini berkisar Rp40.000-Rp42.000 per kilogram, dari sebelumnya yang hanya Rp33.000-Rp35.000.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Fahrizal Fitri melalui Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Kalteng Sunarti, Jumat (21/12) mengatakan bahwa sebenarnya dari kandang, harga ayam potong di Kota Palangka Raya tidak mengalami kenaikan, artinya harga ayam potong di kandang masih di kisaran Rp19.000-Rp20.000 per kilogram.
“Kami sebagai instansi teknis, tidak bisa ikut campur mekanisme yang ada di pasar, tugas kami sebagai penyedia lanjut Sunarti. Ketersediaan ayam potong di Palangka Raya untuk menyambut Hari Natal dan Tahun Baru, kami pastikan pasokan cukup, karena kita punya kandang ayam penyangga sudah kita atur stoknya, sampai Tahun Baru 2019 nanti aman, dan mulai besok, (22 Desember, red) kita telah siapkan Rp25.000 ekor ayam potong,” tegas Sunarti.
Dia mengatakan, kenaikan harga komoditas daging ayam di pasaran bukan disebabkan oleh ketersediaan yang minim, namun dikarenakan ketika ayam potong sudah keluar dari kandang bukan menjadi tugas pokok dan fungsi dari Dinas TPHP.
“Sebenarnya mata rantai yang harus diputuskan setelah dari kandang, karena dari kandang ada pengepul ayam, dari pengepul ayam lalu ke tukang potong, dan dari tukang potong dibagikan lagi ke pasaran. Nah, seringkali di tiga mata rantai ini yang membuat harga jadi membengkak,” beber Sunarti.
Menurut Kadis TPHP Kalteng, dalam rangka menstabilkan harga, pihaknya telah menyediakan ayam potong dengan harga di bawah pasaran di pasar penyeimbang yang telah tersebar dibeberapa tempat di kota Palangka Raya.
“Untuk pasar penyeimbang, kita tidak ikut harga normal dipasar, kita tetap ada harga standar. Ya harganya juga juga tidak jauh dari harga pasar. Nanti malah para penjual di pasar yang menyerbu pasar penyeimbang. Itulah sebabnya kita tetap batasi dan awasi penjualan di pasar penyeimbang,” ujar Sunarti.
Dia mengimbau agar masyarakat cerdas dalam berbelanja. Misalnya ketika membuat bakso tidak melulu menggunakan bahan dari daging ayam. “Di Kalteng ikan berlimpah, kenapa tidak buat bakso berbahan ikan,” tukas Sunarti menutup pembicaraannya.(YM)