Kepala Bagian Sarana Perekonomian Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Kalteng, Liyanet didampingi Asisten Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalteng, Setian saat press release TPID Provinsi Kalteng di Palangka Raya, Senin (4/3).(Media Dayak/Yanting)
Palangka Raya, Media Dayak
Pada Februari 2019 Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami deflasi 0,18 persen (mtm) turun dari Januari 2019 yang mengalami inflasi 0,42 persen (mtm). Capaian tersebut berada di atas rata-rata historis 3 tahun belakangan pada periode yang sama yaitu deflasi 0, 02 (mtm), capaian deflasi Kalteng sejalan dengan nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,08 persen (mtm).
Deflasi Februari 2019 tersebut, didorong oleh kelompok volatile foods khususnya daging ayam ras, sedangkan komoditas kelompok volatile foods memberikan andil terbesar di kota Palangka Raya dan Sampit.
Hal tersebut diungkapkan saat press release Tim Pengendali Inflasi (TPID) Provinsi Kalteng, yang dipimpin oleh Liyanet selaku Kepala Bagian Sarana Perekonomian, Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Provinsi Kalteng, didampingi Asisten Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cabang Kalteng Setian, di Palangka Raya, Senin (4/3).
Dikatakan Setian, bulan Februari 2019 terjadi penurunan tekanan harga terutama disumbang oleh kota Sampit yang mengalami deflasi 0,65 persen. Di sisi lain, kota Palangka Raya tercatat mengalami inflasi 0,9 persen sehingga menahan laju penurunan harga Kalteng lebih dalam.
Hasil tersebut membuat Kalteng tercatat sebagai provinsi yang mengalami deflasi tertinggi se-Kalimantan. Pada 1 Maret 2019, harga beberapa bahan pangan secara umum menunjukkan penurunan, dampak dari normalisasi permintaan paska libur awal tahun.
Dari kelompok core, inflasi Kalteng akan dipengaruhi pergerakan harga emas dunia yang dapat mempengaruhi tingkat harga perhiasan emas dan juga potensi peningkatan tekanan harga menjelang musim kampanye di Pemilu 2019.
Sementara di kelompok volatile foods, normalisasi permintaan paska libur awal tahun diperkirakan akan menahan laju inflasi. Tingginya curah hujan berpotensi mengganggu proses panen tanaman, terutama di sentra produksi nasional yang dapat berdampak pada kenaikan harga di Kalteng.
Adapun program rutin TPID adalah, pemantauan harga pasar, pengendalian ekspektasi masyarakat dengan melaksanakan press release, menjaga ketersediaan stok dan kelancaran distribusi komoditas yang didatangkan dari luar daerah, serta peningkatan kualitas atas pemanfaatan kandang penyangga, kolam penyangga dan pasar penyeimbang untuk menjaga kestabilan harga dan yang terakhir program supply chain daging ayam segar beku.
Lebih lanjut, dijelaskan dari Dinas Ketahanan Pangan Kalteng, pada Maret 2019 akan dilaksanakan program gelar pangan murah selanjutnya pelaksanaan program tersebut juga dilaksanakan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) untuk mengantisipasi kenaikan harga.(YM)