Pontianak, Media Dayak
Sejumlah tokoh yang terdiri dari pemuka agama dan keyakinan, pemerintah, komunitas peduli lingkungan, akademisi dan kalangan media, menggelar pertemuan Semiloka pada tanggal 13-14 Januari 2025 di Pontianak , diawali pertemuan dan diskusi di tingkat site di provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara .
Dalam rilis yang diterima Media Dayak.id, menyebutkan ,pertemuan tersebut menyatukan pemikiran, keprihatinan dan kepedulian terhadap kondisi lingkungan dan sumber daya alam dimana manusia bergantung kepadanya.
Hanya manusialah yang dapat menyelamatkan, memperlambat bahkan menghentikan tekanan dan ancaman terhadap alam lingkungan dimana kita tinggal.
Seyogianya kehidupan manusia selaras sejalan dengan semua yang sudah tersedia dan dihadirkan alam untuk kelangsungan kehidupan dan siklusnya. Pendekatan inklusif sangat diharapkan dalam upaya perlindungan dan pemulihan alam lingkungan dengan melibatkan beragam komunitas, masyarakat adat, termasuk kelompok lintas agama, dalam menangani degradasi lingkungan dan perubahan iklim.
Banyak pendekatan dan strategi dijalankan semua pihak, sejak memfasilitasi dialog dan mengambil tindakan nyata di antara para pemangku kepentingan untuk mengurangi ancaman seperti deforestasi, perusakan habitat, dan pengurangan wilayah Masyarakat Adat dan Masyarakat Setempat (IP & LC).
Pertemuan tersebut di fasilitasi oleh para fasilitator regional mewakili masing-masing Provinsi Kalteng, Kaltim, Kaltara, Kalbar, yaitu Pdt. Dr. Marko Mahin, S.Th., MA, Dr. Asep Solihin, Dr. Samsol Hidayat Aswin., MA, dan Yuliana, S.Sos., MA, dan didukung oleh WWF Indonesia
Semiloka tersebut menghasilkan rumusan dan aksi kampanye kesadaran terkait dengan mitigasi perubahan iklim, pencegahan kebakaran dan banjir, penguatan regulasi, transparansi, pengalihan matapencaharian yang lebih ramah lingkungan, pendidikan yang lebih berwawasan lingkungan, pola pembangunan yang inklusif, penegakan hukum, memperbanyak pelibatan dan dialog antar dan lintas sektor.
Sebuah koalisi pemerintah, bisnis, masyarakat adat, komunitas lintas agama, sains, LSM, dan mitra masyarakat sipil bekerja untuk menghentikan deforestasi. Namun, untuk mencapai kecepatan dan skala perubahan yang diperlukan, kita perlu membawa dimensi moral, etika, dan spiritual umat manusia untuk lebih kuat dalam upaya ini.
Pertemuan di Pontianak dijalankan dalam bentuk semiloka dimana para pakar/praktisi/pemerhati membahas dan merumuskan isu dan thema yang dipahaminya dalam perspektif moral, spiritual dan keimanan seraya memberikan contoh praktis yang menjadi alternatif solusi.(Rls/Ist/Lsn)