Ular sawah atau python yang berhasil ditangkap warga Jalan Tjilik Riwut Km.2 Palangka Raya setelah memangsa ternak ayam, baru-baru ini.(Media Dayak/Sarifuddin)
Palangka Raya, Media Dayak
Warga Jalan Tjilik Riwut Km.2 Komplek Lapas II Palangka Raya dihebohkan ‘serbuan’ ular sawah alias sanca atau python ke permukiman mereka. Seekor python berukuran panjang sekitar 2 meter berhasil ditangkap dan diamankan hingga Selasa (8/1).
Ular sebesar pergelangan kaki orang dewasa tersebut ditangkap Sulaiman, pekan lalu, setelah menerkam ayam hias yang diternakannya. Setelah ditangkap, ular tersebut diamankan di salah satu kandang ayam hias.
Sulaiman mengatakan, pada malam 2 hari lalu dirinya nyaris menangkap seekor lagi ular phiton yang juga mengendap-endap ke kandang ayam di belakang rumahnya.
Namun, saat lokasi yang tiba-tiba gaduh dengan suara ayam tersebut didatanginya, ular dengan ukuran lebih besar tersebut telah menyelinap ke kawasan pemakaman umum kristen di balik tembok belakang kandang ayam.
Ditambahkannya, serbuan ular-ular ini sudah berlangsung sejak sebulan lalu. Selain karena melihat sendiri, hampir setiap pekan dirinya kehilangan ayam-ayam yang diternakkannya. Bahkan, ular sawah yang lebih besar dan panjang pernah menerkam ayamnya kendati tak berhasil ditangkap.
Terkait fenomena ini, Rahmat Hidayat, salah seorang pemerhati reptil yang juga anggota tim pengawas Taman Nasional Sebangau, mengatakan, kedatangan ular-ular ke kawasan permukiman warga di musim penghujan seperti saat ini adalah hal yang biasa terjadi.
“Kalau musim hujan, wajar ular sanca atau python, maupun Spitting Cobra atau Cobra Sumatrana yang di Kalimantan berkulit kehitaman menyerang ternak warga. Karena kondisi alam yang basah terkena hujan memudahkan mereka bergerak atau berpindah, dan mudah mencium mangsanya,” sebut Rahmat.
Dia menambahkan, secara periodik, bulan ini juga merupakan masa bagi python untuk mencari makan sebelum kawin dan bertelur.
“Selain itu, proyek pembangunan permukiman, hotel, pembukaan kawasan wisata alam, pemangkasan hutan, ataupun penggunaan alat berat juga potensial mengganggu ekosistem, khususnya habitat ular. Ular pasti keluar dari tempat sembunyinya,” tandasnya.
Karena, kata Rahmat, warga khususnya yang tinggal dekat kawasan rawa, hutan, dan saluran air untuk waspada terhadap kedatangan ular ini. “Jika bisa ditangkap, sebaiknya serahkan saja ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDa). Biar nanti mereka translokasikan ke habitat aslinya,” imbaunya. (SAR/Lsn)