Asisten Ekbang Setda Provinsi Kalteng, Sri Widanarni memukul katambung tanda dibukanya kuliah umum literasi keuangan, Jumat (14/2/2025)(MMC Kalteng)
Palangka Raya, Media Dayak
Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Setda Provinsi Kalteng, Sri Widanarni, membuka Kuliah Umum Literasi Keuangan di Aula Palangka, Universitas Palangka Raya (UPR) Jumat (14/2/2025).
Dalam sambutannya mewakili Gubernur, Sri Widanarni menyoroti pesatnya digitalisasi yang telah mengubah lanskap transaksi keuangan secara signifikan. Salah satu dampaknya adalah munculnya berbagai instrumen keuangan digital, termasuk aset kripto.
“Fenomena ini membawa peluang sekaligus tantangan bagi kita. Berdasarkan berbagai laporan, Indonesia berhasil menempati peringkat tiga besar negara dengan tingkat adopsi kripto tertinggi di dunia pada tahun 2024,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa meskipun aset kripto menawarkan potensi keuntungan yang menarik, investasi dalam aset ini juga memiliki risiko yang cukup tinggi.
“Kegiatan edukasi keuangan seperti hari ini sangat penting untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai aset kripto,” imbuhnya.
Sri Widanarni berharap kegiatan ini dapat membekali generasi muda dengan pengetahuan yang memadai, sehingga mereka mampu mengelola keuangan secara cerdas dan bijak. Dengan begitu, mereka dapat menjadi garda terdepan dalam meningkatkan literasi keuangan di masyarakat.
“Dengan meningkatnya literasi keuangan, masyarakat akan lebih bijak dalam memilih produk dan layanan keuangan sesuai kebutuhan mereka serta terhindar dari berbagai modus kejahatan digital. Pada akhirnya, hal ini akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Literasi keuangan yang inklusif menjadi kunci dalam mendorong perekonomian daerah dan pemerataan kesejahteraan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Parjiman, mengungkapkan bahwa menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) tahun 2024, jumlah investor aset kripto di Indonesia mencapai 22,91 juta orang.
“Jumlah ini meningkat sebesar 23,77% dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya, minat masyarakat terhadap aset kripto terus bertumbuh,” jelasnya.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa, seperti instrumen investasi lainnya, aset kripto memiliki risiko tinggi, termasuk fluktuasi harga yang tajam dan potensi penipuan.
“Maraknya modus penipuan seperti tawaran hadiah koin gratis, akun influencer palsu, hingga bursa kripto ilegal telah merugikan banyak masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan literasi dan kewaspadaan menjadi hal yang sangat penting. Para calon investor harus memahami risiko yang ada, bukan sekadar mengikuti tren,” pungkasnya.(MMC/YM/Aw)