Legislator Masyarakat Gumas Harus Rubah Pola Pikir

Tatau Arnold Pisy

Bacaan Lainnya

Kuala Kurun, Media Dayak

      Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gunung Mas (Gumas), Tatau Arnold Pisy sepakat bahwa pola pikir masyarakat Gumas, terutama masyarakat yang ada di desa-desa, harus berubah.

“Perubahan pola pikir memang harus dilakukan. Namun untuk mewujudkan hal itu, harus diketahui terlebih dahulu karakter masyarakatnya, karena sulit dilakukan apabila tidak diketahui karakternya,” kata Tatau, Minggu(3/3).

Dijelaskan Tatau, ada enam karakter masyarakat di pedesaan Gumas, yakni tidak mudah percaya terhadap teori, selalu ingin yang bersifat instan tanpa melalui proses, cepat bosan dan mudah menyerah, suka ikut-ikutan tanpa melihat dampak positif dan negatifnya, tidak bisa memanfaatkan peluang yang ada, dan selalu mengandalkan sumber daya alam (SDA) sebagai sumber kehidupan seperti menambang emas.

“Kalau karakter mereka sudah kita ketahui, saya pikir tidak akan sulit untuk merubah pola pikir mereka. Karena untuk mencapai peningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraan, perubahan pola pikir. Itu sebuah keniscayaan,” tegasnya.

Untuk merubah pola pikir masyarakat itu, Politikus Partai Nasional Demokrat ini menyatakan, dapat dilakukan melalui program yang terintegrasi dan tuntas. “Program yang terintegritasi dan tuntas adalah suatu konsep yang menunjukan suatu konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Contohnya menjadikan sebuah desa percontohan sebagai sentra industri kecil bidang usaha tertentu yang disesuaikan dengan potensi desa seperti usaha bidang perternakan, perikanan, pertanian dan perkebunan yang dikelola dengan sistem terpadu demi peningkatan taraf ekonomi masyarakat,” ungkap Tatau.

Tentang pembagian bibit ternak kepada masyarakat pedesaan selama ini, wakil rakyat Dapil I Gumas ini menilai sudah sangat baik. Dia juga menilai, pemberian bibit merupakan salah satu upaya untuk merubah pola pikir masyarakat dari usaha menambang emas ke usaha peternakan dan usaha produktif lainnya yang ramah lingkungan dan memberi nilai lebih untuk pendapatan ekonomi keluarga.

“Selain perubahan usaha, perubahan budaya petik ke budaya tanam, perubahan pola hidup konsumtif ke pola hidup sederhana dan suka menabung harus dilakukan masyarakat kalau ingin kehidupannya lebih sejahtera. Budaya tanam, artinya masyarakat memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya untuk bertanam sayuran, sehingga tidak lagi bergantung dengan penjual sayur keliling. apakah lombok itu harus selalu didapat dari penjual sayur keliling ? bukankah masyarakat dapat menanamnya di sekitar rumah?” paparnya.

Tatau berharap masyarakat lokal Gumas tidak menjadikan dirinya penonton, tapi pelaku pembangunan dengan memanfaatkan peluang usaha yang banyak di daerah ini, sehingga kesejahteraan itu tidak hanya harapan,namun jadi kenyataan.(Nov/aw)

image_print

Pos terkait