Gubernur Kunjungi Pabrik Olahan Kayu Sengon

Gubernur H. Sugianto Sabran bersama beberapa Kepala OPD terkait di lingkup Pemprov Kalteng saat mengunjungi pabrik olahan kayu sengon milik PT. Naga Buana Aneka Piranti, di Kabupaten Pulang Pisau. Selasa (22/1) (Media Dayak/Ist)

Bacaan Lainnya

Palangka Raya, Media Dayak

    Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), Sugianto Sabran dalam kunjungan kerjanya mengunjungi pabrik olahan kayu sengon milik PT. Naga Buana Aneka Piranti, Kabupaten Pulang Pisau Selasa (22/1). 

“Saya menilai bahwa pengusaha inikan serius, ingin membangun pabrik out working di Kalteng. Hal ini harus didukung oleh seluruh komponen, baik itu masyarakat, Pemda dan pemerintah pusat,” ujarnya.

Gubernur juga mengatakan bahwa pendirian pabrik di wilayah Kabupaten Pulang Pisau ini tidak main-main, apalagi saat ground breaking kemarin dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo. Pendirian pabrik ini sendiri hampir rampung, direncanakan pada bulan Pebruari nanti akan diresmikan dan memulai produksi awal. 

“Kita sebagai pemerintah daerah, mengharapkan Presiden bisa hadir untuk meresmikan pabrik ini sekaligus meresmikan terminal baru bandara Tjilik Riwut. Harapan kita pabrik ini akan menampung sekitar 2000-an tenaga kerja yang didalam, belum lagi tenaga kerja yang berada di hulu dalam artian orang-orang yang kerja kayu seperti HTR (hutan tanaman masyarakat),” jelas Sugianto.

Menurutnya hal ini sangat penting bagi pergerakan ekonomi di Kalteng, dalam hal ini ekonomi berada ditangan masyarakat dan pengusaha. Masyarakat dapat hasil dan pengusaha pun mendapat keuntungan. Hal ini perlu dukungan bersama, khususnya masyarakat Pulang Pisau.

Lebih lanjut Gubernur mengatakan, pendirian pabrik ini merupakan investasi yang sangat penting untuk Kalimantan Tengah dan Pulang Pisau. Terkait dengan penyedian bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi pabrik, Gubernur menyebutkan bahwa kalteng mampu mengakomodir.

“Bahan baku berupa kayu, Kalteng memiliki lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Di Kalteng ada sekitar 58 HPH yang tidak operasional, kita bisa meminta ijin dari pemerintah pusat untuk diberikan kepada pengusaha yang betul-betul mau membuka usaha. Hal ini sejalan dengan program presiden yang perhutanan sosial, inikan program Presiden yang perlu kita dukung. Hulu ada di masyarakat, dan hilirnya ada di korporasi. Artinya pemerintah mendukung penuh, usaha ini nantinya akan membuka ribuan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Kalau ada perusahaan lain yang mau investasi di daerah lain seperti di Kotim dan das Barito, kita dukung,” tegasnya.

Sementara itu terkait kesiapan Pelabuhan Bahaur sebagai pintu masuk dan keluar dari hasil produksi pabrik ini, kepala Dinas Perhubungan Kalteng, Ati Mulyati mengatakan bahwa saat ini untuk di tingkat provinsi tidak ada masalah.

“Terkait kunjungan pak gubenur ke pabrik ini, artinya persiapan TUKS (Terminal Untuk Keperluan Sendiri), sudah kita komunikasikan dan masih berproses di kementerian perhubungan. Dan ini sudah diurus oleh ABUPI (asosiasi badan usaha pelabuhan Indonesia) tinggal nanti kita komunikasikan dengan mereka untuk sinkronisasi,” jelasnya.

Dari pemerintah Kabupaten Pulang Pisau sendiri, pihaknya sangat mendukung pembangunan pabrik sengon ini. Hal ini disampaikan oleh Wakil Bupati Pulang Pisau, Rustaty Narang, ia menilai karena dengan berdirinya pabrik olahan kayu efeknya sangat bagus untuk kemajuan Pulang Pisau, apalagi banyak menarik tenaga kerja.

Budi Purwanto, GM PT Naga Buana Unit 6 menjelaskan, untuk produksi awal pihaknya masih akan memproduksi Flywood dengan total produksi 10.000 kubik, atau setara dengan 160 kointainer.

“Nanti mayoritas penjualan export, untuk tahap pertama ini kami melayani pembeli dari jepang, perusahaan sojitz. Kami menjual full kepada mereka, nanti untuk grade  yang di bawah kita bisa jual lokal. Untuk sementara produksi kami hanya flywood, tapi seiring berjalan waktu kami akan kembangkan dan tetap menggunakan bahan kayu keras,” ujar Budi. 

Dikatakan Budi, ntuk tenaga kerja mengutamakan pekerja yang berasal dari daerah setempat seperti Buntoi, Mentaren, dan Mintin. Penjualan hasil produksi sendiri nanti tidak hanya export tapi juga lokal di Kalimantan dan luar pulau dengan harga sendiri tentu lebih murah, karena lokal dan grade yang paling rendah.(YM)

image_print
Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait