Oleh : Loa Murib
Di tengah dinamika sosial dan politik di Papua, sejumlah tokoh adat dan pemuda Papua telah menyuarakan penolakan terhadap aksi-aksi provokatif Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sering kali memicu konflik. Tokoh-tokoh ini menekankan pentingnya perdamaian dan menolak kekerasan sebagai cara untuk menyuarakan aspirasi.
Herman Yoku, seorang tokoh adat Papua, dengan tegas mengecam berbagai aksi kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Menurutnya, OPM telah sering memprovokasi kerusuhan di berbagai wilayah Papua, yang berujung pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk pembunuhan terhadap masyarakat sipil. Herman menyatakan bahwa tidak semua orang Papua mendukung kemerdekaan yang diperjuangkan OPM, dan banyak dari mereka lebih memilih hidup dalam kedamaian.
Herman juga menyerukan kepada masyarakat Papua untuk tidak terhasut oleh propaganda OPM yang mencoba memperdaya mereka untuk menyerang pemerintah. Ia menegaskan bahwa masyarakat Papua pada dasarnya cinta damai dan mendambakan stabilitas di wilayah mereka. Menurutnya percuma berjuang namun masih membunuh sesama orang Papua, menunjukkan bahwa kekerasan hanya akan memperburuk situasi dan tidak membawa kemajuan bagi masyarakat.
Selain tokoh adat, tokoh pemuda Papua seperti Ali Kabiay juga mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh OPM. Ali menegaskan bahwa aksi-aksi tersebut berdampak negatif terhadap masyarakat Papua dan mendukung penuh upaya aparat keamanan untuk menindak tegas kelompok tersebut. Ia percaya bahwa penegakan hukum yang tegas adalah langkah penting untuk memastikan keamanan dan kedamaian di Papua. Ali mengungkapkan bahwa banyak masyarakat Papua merasa tidak terkait dengan OPM dan tindakannya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa terdapat pemisahan yang jelas antara OPM dan mayoritas masyarakat Papua yang mendambakan kehidupan damai tanpa kekerasan.
Pemerintah dan aparat keamanan Indonesia terus berupaya menegakkan hukum dan menjaga stabilitas di Papua. Baru-baru ini, operasi gabungan oleh Satgas Yonif RK 753/AVT/Satgas Elang IV dan Satgas Mandala berhasil menangkap tiga anggota OPM di Kampung Karubate, Mulia, Puncak Jaya. Ketiga orang tersebut diketahui sebagai bagian dari kelompok yang terkenal sadis dalam melakukan teror dan kekerasan terhadap masyarakat sipil serta aparat keamanan.
Tindakan tegas ini diambil untuk mengantisipasi adanya serangan balasan dari kelompok OPM dan memastikan bahwa masyarakat sipil terlindungi. Aparat keamanan diharapkan dapat menjaga stabilitas dan keamanan di Papua dengan meningkatkan patroli dan pengawasan di daerah-daerah yang rawan.
Letkol Inf Candra Kurniawan, selaku Kependam XVII/Cenderawasih, menekankan bahwa operasi penegakan hukum akan terus dilakukan untuk melindungi masyarakat dan menjaga stabilitas wilayah. Hal ini penting untuk mencegah aksi-aksi kekerasan lebih lanjut yang dapat merusak perdamaian di Papua.
Di sisi lain, perhatian khusus juga diberikan kepada generasi muda Papua. Antropolog Papua, Petrodes Mega, mengungkapkan pentingnya memberikan edukasi dan kesempatan kepada anak-anak Papua untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Mega, yang juga merupakan pendiri organisasi Pemuda Papua Penuh Damai (Papeda), menekankan bahwa banyak anak muda Papua yang memiliki potensi besar dan mampu bersaing jika diberikan ruang dan kesempatan.
Menurutnya, perjuangan untuk kemerdekaan sejati adalah bagaimana setiap individu Papua dapat menjadi orang yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Ia menekankan pentingnya menghindari konflik dan kekerasan, serta mendorong edukasi yang dapat merubah pola pikir generasi muda untuk berperan aktif dalam membangun Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mega juga menggarisbawahi bahwa permasalahan di Papua sebetulnya sudah tuntas, namun masih ada upaya yang perlu dilakukan untuk memastikan dinamika konflik tidak berkepanjangan. Ia menyerukan perlunya intervensi dalam bentuk pendidikan dan pembinaan agar anak-anak muda Papua tidak terjebak dalam konflik, melainkan fokus pada membangun diri dan komunitas mereka.
Tokoh-tokoh Papua yang menolak provokasi OPM dan mendukung upaya penegakan hukum serta pendidikan bagi generasi muda menunjukkan bahwa ada suara-suara yang kuat untuk kedamaian dan kemajuan di Papua. Aksi-aksi provokatif dan kekerasan tidak hanya merusak masyarakat tetapi juga menghambat proses pembangunan. Dengan fokus pada edukasi, perdamaian, dan kolaborasi, Papua memiliki potensi besar untuk berkembang dan maju dalam bingkai NKRI.
Penolakan terhadap provokasi dan kekerasan yang dilakukan oleh OPM menunjukkan bahwa banyak tokoh Papua menginginkan kedamaian dan stabilitas di wilayah mereka. Seruan dari tokoh-tokoh ini memperlihatkan keinginan kuat untuk menyelesaikan konflik melalui cara-cara damai dan membangun. Pendidikan, kesadaran, dan penegakan hukum yang tegas dianggap sebagai kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Papua. Dengan demikian, dukungan dan kolaborasi dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan tokoh-tokoh lokal, sangat penting untuk mewujudkan Papua yang damai dan maju.
*Penulis Adalah Mahasiswa Papua yang Tinggal di Surabaya