Rakor Pengendalian Inflasi 2024: Asisten Ekbang Kalteng Apresiasi Pencapaian Pengendalian Inflasi di Provinsi

Asisten Ekbang Sri Widanarni saat mengikuti Rakor Pengendalian Inflasi secara virtual, Rabu (2/10/2024)(Media Dayak/MMC Kalteng)

Palangka Raya, Media Dayak 

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Setda Provinsi Kalteng, Sri Widanarni, menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 secara virtual bersama Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri RI, dari Ruang Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur Kalteng, Rabu (2/10/2024/.
 
Plt Sekjen Kemendagri RI, Tomsi Tohir, dalam memimpin rakor tersebut menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari data inflasi terbaru yang telah dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sehari sebelumnya. “Ini merupakan data terbaik yang kita capai,” ujarnya.
 
Pada kesempatan tersebut, Tomsi menyoroti tiga hal utama: keakuratan data BPS, keterkaitan deflasi dengan daya beli masyarakat, dan kritik terhadap produk-produk yang masih mengalami kenaikan harga. Ia meminta pemerintah daerah untuk secara serius mengkritisi daerah masing-masing agar capaian inflasi dapat dipertahankan.
 
“Kementerian terkait diharapkan dapat mengambil langkah cepat untuk mengatasi kenaikan harga pada produk tertentu,” tambahnya. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk mencermati harga dan menjaga capaian yang telah diraih.
 
“Kita tidak boleh berpuas diri dengan hasil yang ada. Inflasi harus terus terkendali dengan baik,” tutupnya.
 
Menanggapi hal tersebut, Plt. Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menegaskan bahwa BPS menjaga independensi dalam menghitung inflasi dengan menggunakan metodologi yang sesuai dengan standar internasional. Proses pengumpulan dan pengolahan data dilakukan secara objektif dan bebas intervensi.
 
Amalia juga menjelaskan bahwa inflasi pada September 2024 mengalami deflasi sebesar -0,12% secara bulanan (m-to-m), dengan inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 1,84% dan inflasi kalender 0,74%. Deflasi terbesar terjadi pada sektor makanan, minuman, tembakau, dan transportasi karena penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).
 
“Penurunan harga komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, dan telur ayam ras berkontribusi pada deflasi. Selain itu, penurunan harga BBM juga membantu menekan inflasi,” jelasnya.
 
Komponen inti, lanjut Amalia, masih mengalami inflasi sebesar 0,16%, dengan kopi bubuk dan biaya akademi sebagai komoditas utama penyumbang inflasi.
 
Pada September 2024, sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami deflasi, sementara 14 provinsi mengalami inflasi. Inflasi di Kalimantan Tengah tercatat sebesar 0,07% secara bulanan, dan 1,45% secara tahunan, menjadikan Kalteng sebagai provinsi dengan inflasi terendah ke-8 dari 38 provinsi di Indonesia.
 
Menanggapi pencapaian tersebut, Asisten Ekbang Sri Widanarni menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan Kalimantan Tengah dalam mengendalikan inflasi. “Saya berharap kerja sama semua pihak agar inflasi di Kalteng tetap terkendali dengan baik,” tandasnya. (MMC/YM/Aw)
image_print

Pos terkait