Mengulik Tentang Hipertensi di Radio Pemda Bersama Promkes RSUD Kapuas

FOTO BERSAMA: Tim Promkes RSUD Kapuas dan Penyiar Radio Pemda Kapuas usai mengisi siaran edukasi kepada pendengar radio RSPD Kapuas, Kamis (11/07/2024). (Media Dayak/ hmskmf)

 Kuala Kapuas , Media Dayak

Bacaan Lainnya

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas melalui Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) kembali mengudara di frekuensi 91,4 FM yang beralamat di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Selat Hilir, Kecamatan Selat, yang mana pada kesempatan kali ini memberikan informasi dan edukasi kesehatan dari narasumber yakni, dr. Erny Indrawati, selaku Ketua Pokja Komunikasi dan Edukasi (KE), didampingi Popo Subroto, SKM, M.I.Kom, selaku Koordinator dan Administrator Ahli Unit Promkes RSUD Kapuas, dan ditemani Penyiar Radio Diskominfo Kab. Kapuas, Ibu Sustina, mengulas tentang Menjadi Dokter Pribadi Bagi Keluarga, Seri Hipertensi, pada Hari Kamis, (11/07/2024).

  1. Erny yang bertugas sebagai Dokter Umum Madya dan juga sebagai Dokter Penanggung Jawab Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, menjelaskan bahwa saat ini orang yang mengalami darah tinggi atau hipertensi semakin banyak, hal ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat. Banyaknya makanan cepat saji yang banyak mengandung garam dan berkurangnya aktivitas tubuh, merokok, menjadi salah satu pemicu timbulnya darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi yang tidak diatasi, dapat menimbulkan banyak penyakit di kemudian hari. Hal ini akan sangat berdampak pada keluarga. Karena pasti akan membutuhkan peran besar keluarga untuk membantu pasien tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengontrol tekanan darah agar tidak naik dan menyebabkan timbulnya penyakit, diperlukan perubahan pola makan dan gaya hidup menjadi hal utama yang harus dilakukan.

Ditambahkan dr. Erny begitu beliau disapa, menjelaskan bahwa seseorang dinyatakan menderita hipertensi, dengan mengetahui terlebih dahulu tekanan darah normal untuk dewasa, antara lain systole (tekanan darah atas): 100-139 mmHg, diastole (tekanan darah bawah): 60-89 mmHg, dan pada olahragawan tekanan darah dapat lebih rendah. Dikatakan darah tinggi bila systole : ≥ 140 mmHg, dan diastole : ≥ 90 mmHg. Sedangkan untuk bayi dan anak, kisaran tekanan darah yang normal, bayi (< 1 bulan ) : systole  45-80 mmHg; diastole 30-55 mmHg, bayi (<! Tahun) : systole 65-100 mmHG; diastole 35-65 mmHg, anak balita (1-5 tahun) : systole 80-115 mmHg; diastole 55-80 mmHG, anak (6-13 tahun) : systole 80-120 mmHg; diastole 45-80 mmHg, dan remaja (14-18 tahun) : systole 112-128 mmHg; diastole 62-80 mmHg.

Penyebab hipertensi bisa bermacam-macam, tetapi bisa juga tidak diketahui penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer, hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi perlahan dalam waktu bertahun-tahun. Hipertensi jenis ini paling sering ditemukan. Hipertensi sekunder, hipertensi yang disebabkan berbagai kondisi atau penyakit lain, dan bisa timbul secara memdadak. Hipertensi bisa juga disebabkan faktor keturunan. Beberapa kondisi yang juga dapat menimbulkan hipertensi, antara lain Obesitas (kegemukan), Perokok aktif, Mengonsumsi banyak garam, Makanan berlemak, Obat-obatan tertentu, terutama obat-obat penghilang rasa nyeri (ibuprofen, diklofenak), Alkohol, Stress, Jarang berolahraga, dan Manula (usia lanjut >60 tahun).

Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan hipertensi (sekunder), misalnya penyakit ginjal, hipertiroid, penyakit jantung bawaan, kelainan bawaan pada pembuluh darah, penyalahgunaan NAPZA/ NARKOBA. Ada beberapa kebiasaan dan kondisi yang dapat menjadi pemicu timbulnya hipertensi pada anak, yaitu Terlalu banyak asupan garam. Jajanan dan makanan anak saat ini kebanyakan mengandung banyak garam, misalnya pentol, ayam goreng tepung, dan gorengan. Kelebihan berat badan (obesitas). Makanan yang banyak mengandung gula dan kurangnya ktivitas fisik menjadi pemicu terjadinya obesitas pada anak. Penyakit bawaan sejak lahir. Misalnya, penyakit jantung bawaan, penyakit ginjal, gangguan hormonal, atau kelainan genetik.

Kapan sebaiknya penderita hipertensi harus ke layanan kesehatan karena sering kali hipertensi tidak memberi gejala dan tidak disadari sampai tekanan darah sudah sangat tinggi dan sudah timbul komplikasi, maka untuk menghindari hal tersebut sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah minimal 1 kali setahun sejak usia 18 tahun terutama bagi yang memiliki risiko terkena hipertensi, misalnya orang tua hipertensi, obesitas. Segera ke pusat layanan kesehatan bila mengalami sesak nafas, nyeri dada, sulit berbicara, ssakit kepala yang berat, lemas, gangguan penglihatan, mimisan, mati rasa.

Yang bisa dikerjakan di rumah supaya tekanan darah tetap terkontrol yaitu bila tekanan darah tidak tidak terlalu tinggi, misalnya systole di kisaran angka 140-159 dan diastole di angka 90-99, beberapa ahli menyarankan penanganan tanpa obat dulu, dan dimulai dengan diet rendah garam, terutama bagi lansia, juga batasi gula dan lemak, Konsumsi makanan sehat, seperti sayur dan buah, Menurunkan berat badan bila kelebihan berat badan, Hidup santai, Kurangi stres, Olahraga, Pelajari dan secara teratur melakukan teknik relaksasi, Berhenti merokok, Berhenti konsumsi alkohol, Tidur nyenyak dan cukup istirahat, Batasi minum kopi dan teh. Bila memungkinkan hentikan penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah, misalnya obat pereda nyeri, kontrasepsi oral, penekan nafsu makan.

“Apabila dengan cara diatas tekanan darah tidak turun, maka diperlukan obat penurun tekanan darah, obat-obat ini harus dibawah pengawasan dokter, dan secara teori harus di konsumsi seumur hidup. Selain itu perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaiknya setiap penderita hipertensi dapat melakukan pemeriksaan tekanan darahnya secara mandiri dan dicatat, dan catatan tersebut dilaporkan ke dokter saat melakukan kontrol ke layanan kesehatan,” pungkasnya mengakhiri edukasi kesehatan di radio. (PromkesRSUDKps/hmskmf/Lsn)

image_print
Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait