Program PDPPM LPPM UPR yang dilaksanakan terkait stunting yang berlokasi di desa Bukit Raya kecamatan Cempaga Hulu Kabupaten Kotawaringin Timur. Kegiatan PDPPM yang di ketuai oleh Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop., dilaksanakan pada hari Rabu (23/11/2022) lalu.(Media Dayak/dok-LPPM UPR)
Sampit, Media Dayak
Universitas Palangka Raya (UPR) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) juga turut berperan dalam upaya untuk percepatan penurunan stunting. Beberapa kegiatan telah dilaksanakan termasuk membuat kerjasama dengan beberapa Pemerintah daerah, menurunkan ribuan mahasiswa peduli Stunting melalui program KKN dan melibatkan akademisi melalui program pelaksanaan Program Dosen Pendamping Pemberdayaan Masyarakat (PDPPM). Diharapakan dengan hadirnya kalangan akademisi dapat membantu untuk percepatan penurunan stunting di berbagai daerah.
Stunting adalah masalah Kesehatan yang serius yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Penderita stunting terkait dengan masalah kurang gizi kronis ditandai dengan tubuh pendek umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian ekonomi bagi Indonesia. Pemerintah menargetkan untuk mencapai penurunan angka stunting menjadi sekitar 14 persen pada tahun 2024, hal ini disiapkan untuk menyambut bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 dan menyambut generasi emas pada tahun 2045. Target ini sangat berat karena Indonesia merupakan negara yang sangat luas, dengan perbedaan budaya dan kebiasaan di masing-masing daerah. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan peran semua pihak dalam usaha percepatan penurunan stunting di berbagai daerah di Indonesia, agar angka kumulatif nasional penurunan stunting dapat segera tercapai.
Salah satu Program PDPPM yang dilaksanakan terkait stunting yang berlokasi di desa Bukit Raya kecamatan Cempaga Hulu Kabupaten Kotawaringin Timur. Kegiatan PDPPM yang di ketuai oleh Dr. dr. Nawan, M.Ked.Trop., dilaksanakan pada hari Rabu (23/11/2022) lalu. Kegiatan ini dilaksanakan setelah melakukan survey dan diskusi terlebih dahulu dengan Kepala desa Bukit Raya, Seleksi.
Dalam rilis yang diterima Media Dayak.id, sosialisasi mengenai bahaya stunting, disampaikan oleh dr. Nawan, pemanfaatan tanaman lokal yaitu potok dan demo pembuatan handsanitizer berbahan baku kecombrang atau potok dibawakan oleh anggota tim yaitu dr. Septi Handayani, M.Si dan Seth Miko, M.Pd. Seleksi dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat baik, dengan harapan terbangun kesadaran masyarakat mengenai bagaimana cara mencegah stunting dimulai dari keluarga masing-masing. Kepala desa juga berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan dalam memberdayakan masyarakat desa.
Pada kesempatan yang sama, penggagas UPR membangun desa, Yorgen Kaharap, M.Si, dalam sambutannya menyampaikan betapa pentingnya peran msayarakat dalam turut serta membangun desa. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan di desa yang sangat luas, mulai dari budidaya ikan lele, ternak ayam dengan pakan maggot, serta penanaman sayur mayur untuk kebutuhan sehari-hari. Yorgen berharap dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah desa masyarakat, dan UPR bisa menjadikan desa Bukit Raya menjadi desa percontohan dan laboratorium lapangan yang akan mempunyai dampak positive untuk kemajuan desa.
Masyarakat peserta kegiatan cukup antusias mengikuti kegiatan ini dari awal sampai akhir, mendengarkan paparan mengenai rentannya 1000 hari kehidupan terkait stunting, mulai semenjak ibu hamil sampai anak berusia 2 tahun. Kegiatan dihadiri mayoritas ibu-ibu, ada juga kader pembangunan desa dan kader kesehatan, perangkat desa, bapak-bapak, bahkan sebagian anak-anak. Dr. Nawan dalam paparannya menyampaikan bahwa anak stunting pasti perawakannya pendek, tetapi pendek belum tentu stunting, perlu adanya penilaian parameter lain misal umur dan berat badan, kecerdasan, produktivitas, dan kerentanan terhadap penyakit. Selain itu dampak pernikahan dini terhadap stunting juga perlu diwaspadai, penyadaran tentang pentingnya masa prakonsepsi harus menjadi prioritas para kader agar calon ibu jangan sampai anemia, karena jika ibu hamil anemia maka kemungkinan besar anak akan yang dikandung bisa lahir stunting. Anak yang stunting cenderung mudah terkena penyakit infeksi, dan penyakit infeksi yang berulang justru akan menyebabkan stunting pada anak akibat kurang optimalnya serapan gizi karena penyakit infeksi. Kecombrang atau potok (Etlingera elatior), merupakan tanaman yang sangat dikenal masyarakat, sering dimanfaatkan untuk pembuatan sambal dan menghilangkan bau amis pada ikan. Menurut penelitian, tanaman potok ini juga mengandung banyak asam amino yang sangat diperlukan tubuh sehingga bisa menjadi tambahan untuk makanan pelengkap, dan juga mempunyai khasiat anti bakteri. Suku Badui sudah lama menggunakan kecombrang atau potok ini sebagai sabun mandi.
Selain menyampaikan sosialisasi, tim PDPPM juga menyampaikan cara pembuatan hand sanitizer dari bahan kecombrang dan membagikan bibit kecombrang kepada masing-masing peserta untuk bisa dibudidayakan secara mandiri di halaman rumah masing-masing.(Rls/Lsn)