Cuaca Ekstrim Buat Petani Enggan Budidaya Cabe dan Bawang

Tim TPID Kalteng gelar press release di ruang rapat Asisten Sekda Provinsi Kalteng, Jumat (3/8). (Media Dayak/Yanting)

Palangka Raya, Media Dayak

Bacaan Lainnya

       Cuaca sering ekstrim membauat petani Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) enggan budidaya cabe dan bawang merah, terang Wakil Ketua Harian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalteng, Setian Jumat (2/8).

Dijelaskan dampak seringnya cuaca ekstrim resiko kegagalan panen baik cabe merah, cabe rawit maupun bawang merah sangat tinggi. Misalnya saat musim penghujan air melimpah, dan saat musim kemarau panasnya luar biasa, dampaknya gagal panen.

Karena itu, meski petani ada saja menanamnya, Kalteng masih bergantung pasokannya dari luar Pulau, tambahnya di dampingi Kepala Bagian Bina Sarana Ekonomi Biro Administrasi  Liyanet yang mewakili Nurul Edy Asisten II Setda Provinsi Kalteng.

Dan bila pasokan kurang, sementara permintaan naik, otomatis harga ikut menguat, inflasi pun tak bisa dihindari, papar Setian.

Diungkapkan, saat ini harga cabe rawit di pasar tradisional Palangka Raya, mencapai Rp64.000 per kg, sementara cabe merah mencapai Rp75.000 per kg. Padahal sebelumnya untuk cabe rawit masih dibawah Rp50.000, dan cabe merah dibawah Rp60.000.

Petani baru mau menanam dua jenis komoditas itu bila ada bantuan subsidi, baik bibit, pupuk maupun sarana produksinya. Bila tidak ada dukungan Pemerintah mereka enggan, dan lebih memilih tanaman tahan hama dan cuaca lainnya.

“Mengatasi minimnya pasokan khusus cabe merah dan rawit yang akan memberi tekanan terhadap inflasi bulan Agutus mendatang, paparnya.

Sedangkan harga ayam ras, normal pada kisaran Rp32-34. 000 per kg, dan pasokan normal, sehingga tidak masalah.

Diakui, diperkirakan merupakan Agustus puncak musim kemarau, gelombang tinggi, hari raya Idul Adha, bisa mempengaruhi indek harga konsumen, disertai memasuki tahun ajaran baru.  

Pihaknya juga menyebutkan kondisi terkini dan rencana aksi yang akan dilakukan Tim TPID Kalteng adalah melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian dengan cara memperhatikan komoditas selama sebulan kedepan. Komoditas berbagai berbagai cabai perlu pemantauan selama sebulan kedepan, karena pasokan dari Makassar (salah satu suplai cabai terbesar di Kalteng, selain Kalsel) kemungkinan akan berdampak oleh gelombang ai laut tinggi di bulan Agustus.

Dinas Pertanian telah melakukan program pembagian bibit cabai sebanyak 1.500 polybag selama bulan Juli untuk menopang produksi cabai dan mendukung capaian inflasi. Kandang ayam penyangga sedang menunggu pasokan DOC sehingga masa panennya diperkirakan pada bulan September.

Dinas Perikanan melaporkan pasokan ikan dari kolam penyangga, tetap aman. Namun, ikan sungai, ikan tangkapan dan ikan laut suplainya akan bergantung pada musim dan kondisi cuaca. Pada musim kemarau, ikan sungai dapat dipanen dalam jumlah besar. Saat ini ikan dari kolam penyangga, di Tanggkiling sebulan sekali di jual di car free day, dan kadang juga dijual di pasar penyeimbang.

Dari data pantau BMKG, Agustus merupakan puncak musim kemarau, dengan potensi curah hujan yang lebih sedikit dari bulan Juli. Awal musim hujan, diprediksi akan tiba sedikit lambat, antara bulan Oktober-November. Daerah Kalteng bagian utara akan memasuki musim hujan pada bulan Oktober, dan daerah pesisir Kalteng akan memasuki  musim hujan di awal November. 

“Pada bulan Agustus, gelombang air laut diprediksi cukup tinggi, antara 1,25-2,5 meter di pesisir Kalteng akibat kencangnya gelombang air laut,” katanya.

Dinas ESDM menyebut bahwa pasokan elpiji di bulan Agustus dari Balikpapan terpantau aman. Telah dilakukan koordinasi oleh Dinas ESDM bersama kabupaten/kota untuk melaksanakan skema penyaluran elpiji BUMDES.

“Adapun ketersediaan stok beras terjaga pada kondisi aman dengan ketahanan stok mencapai 8 bulan atau 8.258 ton, daging kerbau 4 ton, minyak goreng, 90.174 liter, dan gula pasir 119 ton,” tutupnya.(YM)

image_print
Print Friendly, PDF & Email

Pos terkait