Buka WWF ke-10 di Bali, Indonesia Bahwa Sejumlah Misi Khusus

Oleh: Priyanka Prameswari

Acara World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali yang diadakan oleh World Water Council (WWC) atau Dewan Air Dunia dapat mempersatukan Indonesia dengan berbagai delegasi dari negara lain untuk merumuskan kebijakan tata kelola air dan sanitasi dunia. Indonesia sebagai tuan rumah menandai event WWF ke -10 dengan Gala Dinner yang merupakan bagian dari rangkaian acara internasional tersebut sekaligus membahas sejumlah misi khusus untuk penanganan tata kelola air dunia.
Pemerintah mengusung tiga misi antara lain menciptakan jaringan terpusat di kawasan Asia Pasifik yang berfokus pada isu ketahanan air, perubahan iklim, dan penelitian lingkungan, serta mendorong penetapan Hari Danau Sedunia yang akan diadakan setiap tanggal 27 Agustus dalam WWF ke-10 untuk menjaga keberlangsungan sumber daya air.
Wakil Ketua Sekretariat Panitia Nasional WWF Ke-10, Endra S. Atmawidjaja mengatakan hal tersebut penting untuk dibahas karena danau menjadi salah satu sumber baku, energi bahkan pengendali banjir.
Endra menjelaskan, WWF ke-10 menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk memberi pengaruh besar terhadap arah kebijakan di bidang air. Ia menilai perlu adanya dorongan kuat dari para pengambil kebijakan. Sejak awal pada berbagai forum Indonesia memang konsisten mendorong persoalan air untuk dibahas di level tertinggi. Harus ada dorongan kuat dari para pengambil kebijakan
Alasan dari pengusungan dari keempat misi tersebut dikarenakan untuk mengiringi salah satu tujuan WWF 2024 di Indonesia yang menjadi tonggak percepatan target Sustainable Development Goals (SGDs), yaitu akses air bersih dan sanitasi layak.
Di sisi lain, untuk memeratakan akses air bersih di seluruh dunia, pemerintah mengadvokasi pembentukan Global Water Fund. Koordinator Subtema Pembiayaan Air Berkelanjutan World Water Forum ke-10 yang juga menjabat sebagai Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna, menjelaskan bahwa Global Water Fund diperlukan untuk mengatasi ketimpangan anggaran serta mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), yakni pemenuhan akses air bersih dan sanitasi bagi semua pada tahun 2030.
Menurut Herry, masih ada 2,2 miliar penduduk di dunia yang belum memiliki akses air bersih, sehingga Global Water Fund diharapkan dapat mengalokasikan dana untuk infrastruktur air, mitigasi krisis atau bencana terkait air, adaptasi perubahan iklim, dan pemantauan. Pemerintah Indonesia telah membentuk Indonesian Water Fund (IWF) atau Dana Air Indonesia sebagai upaya mendorong investasi dan penyediaan air bersih di seluruh Indonesia, dengan perkiraan operasional pendanaan hingga 1 miliar dolar AS untuk proyek air bersih.
Ketua Sekretariat Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10, Muhammad Zainal Fatah, dan Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, mengatakan bahwa hasil diskusi tentang pembiayaan air berkelanjutan dan inisiasi Global Water Fund akan dibawa dan dielaborasikan dalam forum tersebut.
Direktur Pusat Pendanaan Iklim dan Kebijakan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Boby Wahyu Hernawan, menyoroti pentingnya pembelajaran dari pengalaman Pandemic Fund dan Green Climate Fund dalam mempertimbangkan pembentukan Global Water Fund. Dia menekankan bahwa arsitektur pembiayaan global seperti Global Water Fund merupakan langkah preventif yang tepat untuk mengatasi ancaman krisis air.
Perhelatan WWF ke-10 di Bali akan dihadiri oleh jajaran pemerintah dalam negeri. Perwakilan kementerian dan lembaga yang hadir adalah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan  Bencana, Network of Asian River Basin Organization (Narbo) dan Youth.
WWF ke-10 memiliki tiga proses utama, yakni proses politik, regional, dan tematik dimana ketiganya akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Mulai dari pemimpin negara, menteri, pemimpin daerah, akademisi, peneliti, hingga generasi muda yang akan saling bertukar pikiran. 
Terdapat 230 sesi forum tematik, 55 side events, serta 10 sesi khusus dalam acara ini. Selain, pemerintah Indonesia turut mengundang para kepala negara, kepala lembaga internasional, dan menteri atau setingkat menteri bertanggungjawab terhadap isu sumber daya air.
Sebagai tuan rumah, Indonesia mematangkan berbagai persiapan, termasuk menghadirkan keindahan pulau dewata untuk para peserta. Selain itu, forum ini tak sekadar mengangkat tema ‘Air untuk Kesejahteraan Bersama’ saja, juga menjadi bukti bahwa Indonesia siap berkontribusi nyata dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air dunia.
Terpilihnya Bali sebagai tuan rumah WWF 2024 juga diharapkan dapat mendorong lebih banyak inovasi. Terutama, inovasi dalam teknologi pengelolaan air berkelanjutan. Mengingat, Bali merupakan percontohan pengelolaan air, yakni sistem Subak sebagai salah satu kekayaan warisan dunia yang telah diakui UNESCO

)* Penulis adalah aktivis lingkungan