Berjuang Tanpa Batas Puteri Dayak Bentian Go Internasionalkan Anyaman Rotan

MEGA SILVIA

Muara Teweh, Media Dayak

Potensi daerah di desa-desa di terpencil di wilayah Kabupaten Barito Utara (Barut) masih banyak yang belum tergali, seperti halnya di Desa Tambaba, Kecamatan Gunung Purei, relatif tertinggal dibandingkan dengan desa-desa lain di daerah setempat.  

 

Akan tetapi potensi daerah justru seringkali muncul dari wilayah yang jauh dan terpencil di pedalaman Kalimantan Tengah (Kalteng). Salah satunya anyaman khas rotan dari Desa Tambaba.

 

Desa-desa di wilayah Kecamatan Gunung Purei terkenal dengan anyaman rotannya. Selain bahan baku tersedia sangat berlimpah, hasil kerajinan tangan warga desa setempat juga sangat menarik dengan daya pikat yang begitu mempesona sehingga orang dari luar daerah tertarik untuk datang.

 

Mega Silvia, seorang dara subetnis Dayak Bentian, berjuang tanpa henti dan tanpa batas memperkenalkan anyaman khas rotan asal desanya yaitu Desa Tambaba. Mega berangkat dari sebuah prestasi sebagai pemenang kompetisi Ratusan Putri Dare (Ratu dan Putri Anyaman) pada Agustus 2021 lalu.

 

Prestasi ini merupakan hasil karya, ide, dan kreasi Mega, tanpa campur tangan birokrasi yang terkenal sangat bertele-tele, lamban, dan tambun. Mega berhasil masuk ke kancah pergaulan internasional.

 

Hasil anyaman rotan kreasinya diapresiasi setinggi langit oleh para sosialita dan turis mancanegara. Mega pun diajak ke Bali untuk memperkenalkan anyaman rotan Desa Tambaba.

 

“Dia membuktikan keahliannya ada pada sisi kekuatan anyaman yang sangat diperhitungkan secara cermat. Ini yang membawanya memenangkan kompetisi setelah bersaing dengan para penganyam rotan dari 4 desa lain,” ungkap Taufik Kotaka, kakak kandung Mega Silvia, Rabu (22/6) 2022).

 

Results never betray effort. Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Saat ini Mega dipanggil ke Jakarta dan Bali untuk menunjukkan keahliannya kepada khalayak luas. Dia sedang menikmati jerih payahnya. Komunitas internasional sangat menghargainya.

 

“Dia sekarang sudah 10 hari berada di Bali untuk memperkenalkan dan mempromosikan hasil anyaman rotan khas Dayak, ” tambah Taufik.

 

Perjuangan Mega menembus Bali dan pasar internasional bukanlah terjadi secara instan. Dia menekuni kerajinan anyaman rotan sejak kecil, belajar dari sang ibunda tercinta.

 

Berbagai jenis kerajinan seperti membuat tas rambat, tikar, gelang, topi, dan hasil anyaman lainnya menjadi pekerjaan sehari-harinya. “Sejak kecil dia belajar dari mendiang ibu kami,” tutup Taufik yang juga seorang atlet dan pelatih sukses mengembangkan olahraga karate di Barito Utara.(lna/Lsn)